Teknik Reduksi Terbuka Fraktur

Sebelum tindakan reduksi terbuka fraktur, pasien kebanyakan menjalani pemeriksaan radiologis seperti rontgen, atau bahkan computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) apabila diperlukan. Pemeriksaan radiologis mampu menunjang ketepatan perhitungan dan akurasi simetris pada tulang yang fraktur dengan yang sehat.[2]

Hal utama yang dikerjakan pas persiapan pasien sebelum akan reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah untuk memilih pendekatan reduksi fraktur yang paling optimal. Harus dipertimbangkan risiko infeksi atau osteomyelitis yang mengenai dengan tindakan, dan juga langkah menggapai faedah ekstremitas yang pada mulanya dengan pas yang tersingkat.[5]

Persiapan pasien lainnya yang kudu dikerjakan sama dengan protokol pre-operatif standar, memeriksa adanya komorbiditas seperti pemeriksaan darah lengkap, faktor pembekuan darah, gula darah, dan rontgen thorax. Pasien juga direkomendasikan untuk puasa cairan 2 jam sebelum akan operasi, dan puasa makanan padat sejak 6 jam sebelum akan operasi. Sebelum mengawali operasi, pasien diberikan antibiotik profilaksis. Pasien yang menjalani pembedahan pada ekstremitas bawah memerlukan tromboprofilaksis untuk menghindari komplikasi tersering yakni tromboembolisme vena atau deep vein thrombosis, terlebih pada pasien lanjut usia, obesitas, dan yang punya riwayat trombosis.[1,2,11]

Informed consent pada tindakan reduksi terbuka fraktur diperlukan dari pasien.

Peralatan
Peralatan sekurang-kurangnya yang diperlukan pas operasi ortopedi adalah drill untuk memicu lubang, osteotome untuk memotong tulang trabekular, gergaji untuk memotong tulang kortikal, chisels untuk membentuk tulang, gouges untuk mengeluarkan tulang, dan juga plates, screws, dan screwdriver untuk fiksasi tulang Orthokeratology

Posisi Pasien
Posisi pasien pas operasi ditentukan sesuai dengan akses paling baik untuk tulang yang mengalami fraktur. Posisi pasien kudu ditentukan dengan baik gara-gara operasi punya risiko komplikasi perioperatif seperti positioning injuries dimana mampu berjalan penekanan atau traksi ke saraf di lokasi-lokasi tertentu. Lokasi yang memerlukan perhatian lebih adalah pleksus brakialis, nervus radialis, nervus ulnaris, dan nervus peroneal.[2,12]

Prosedural
Sebelum dikerjakan tindakan reduksi terbuka fraktur, pasien distabilisasi sesuai dengan prinsip Advanced Trauma Life Support (ATLS). Tindakan ATLS diperlukan untuk penatalaksanaan awal pas terkandung pasien trauma. Sebelum mengatasi fraktur, klinisi kudu jalankan pemeriksaan primary survey terlebih dahulu untuk menegaskan situasi yang paling mengancam nyawa sudah terkontrol. Tindakan termasuk patensi airway, breathing, dan circulation.[3]

Setelah pasien cukup stabil, reduksi terbuka dan fiksasi internal mampu dikerjakan manfaatkan sebagian alat dan metode, dimana yang paling banyak dikerjakan adalah screw (cortical dan cancellous) dan plates. Beberapa alat lain yang mampu digunakan juga intramedullary nails, self-tapping screw, blade plates, dynamic hip screw, tension band wiring, dan external fixators.[5]

Bone Screw

Terdapat dua macam bone screw yakni cortical dan cancellous:

Cortical Bone Screw: digunakan untuk mendekatkan/menempelkan permukaan dari dua fragmen tulang supaya pengobatan berjalan dan menghindari risiko non-union. Tulang di bor tegak lurus pada fraktur tulang, kemudian lubang diukur dan ukuran screw yang sesuai mampu digunakan. Screw kemudian dipasang manfaatkan hex screwdriver. Lebih dari satu screw mampu digunakan dan mampu dipasang ke arah yang tidak serupa sesuai dengan garis fraktur.[5]

Cancellous Bone Screw: adalah sekrup yang punya anggota pitch yang kasar dan sudut thread (thread angle) yang sempit. Jenis sekrup ini digunakan untuk anggota tulang trabekular.

Plates

Terdapat beragam jenis plat atau plates, tersedia yang gampang dan tidak memakan banyak area yang faedah utamanya adalah alignment, dan tersedia yang cukup berat dan keras supaya pasien tidak memerlukan fiksasi eksternal lainnya.

Agar terbentuk callus diperlukan permukaan tulang yang cukup dekat dan mengalami sedikit kompresi. Fungsi plat pada tindakan reduksi terbuka tak hanya untuk fiksasi juga untuk menambahkan tekanan.

Terdapat banyak macam plat yang tersedia dengan ukuran dan wujud yang banyak ragam supaya sesuai dengan fraktur-fraktur tertentu. Contohnya cloverleaf plate yang digunakan untuk tibia anggota distal, dan hook plate yang digunakan pas sebuah fragmen tidak cukup besar untuk dipasang screw.[5]

Follow up
Pemantauan sesudah dikerjakan reduksi terbuka mampu dibagi jadi perawatan pasca operasi dan pemantauan jangka panjang.

Perawatan Pasca Operasi

Perawatan pasca operasi di ruangan rawat sama dengan operasi lain. Hal-hal yang dimonitor adalah sinyal vital, rasa nyeri, cairan intravena, pemeriksaan laboratorium, dan pertolongan obat-obatan seperti analgesik dan antibiotik.[6]

Tatalaksana pasca operasi yang diperlukan seperti perawatan luka, pencabutan jahitan, pelepasan splint atau cast ditentukan oleh dokter penanggung jawab. Pemantauan pasca operasi seringkali dikerjakan 1-2 minggu sesudah tindakan dan secara periodis sampai fraktur sembuh dan faedah kembali.[1]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *